Pages

Wednesday, May 27, 2015

CARA MENENTUKAN FONEM




Fonem yakni bunyi bahasa yang dapat/berfungsi membedakan makna kata. Kalau dalam fonetik misalnya kita meneliti bunyi-bunyi /a/ yang berbeda pada kata-kata seperti yang terdapat pada kata-kata ini, intan dan pahit. Maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna/ tidak jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem.
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem / bukan kita harus mencari sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkannya dengan satuan bahasa yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem karena dia bisa berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu.
Misalnya dalam kata bahasa Indonesia.
/Laba/
/Raba/
Kedua kata itu mirip benar. Masing-masing terdiri dari 4 buah bunyi yang pertama mempunyai bunyi /L/, /a/, /b/, /a/, dan yang kedua mempunyai bunyi /r/, /a/, /b/ dan /a/.
Jika kita bandingkan:
/L/ /a/ /b/ /a/
/R/ /a/ /b/ /a/
Ternyata perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama yaitu bunyi /L/ dan /r/ kesimpulannya bahwa bunyi /L/ dan /r/ adalah dua buah fonem yang berbeda didalam bahasa Indonesia. Contoh lain pada kata “baku” dan “bahu” yang masing-masing terdiri dari 2 buah bunyi maka bunyi /k/ pada kata pertama dan bunyi /n/ pada kata ke 2 masing-masing adalah fonem yang berlainan yaitu fonem /k/ dan /h/.
Dari kedua buah kata yang mirip disebut kata-kata yang berkontras minimal (minimal pair).
Jadi untuk membuktikan sebuah fonem atau bukan harus mencari pasangan minimalnya. Kendalanya kadang-kadang pasangan minimal ini tidak mempunyai jumlah bunyi yang persis sama, misalnya “muda” dengan “mudah”. Ini merupakan pasangan minimal sebab tiadanya bunyi /h/ pada kata pertama dan adanya bunyi /h/ pada kata kedua menyebabkan kedua kat aitu berbeda-beda makna. Jadi bunyi /h/ adalah sebuah fonem.
“Teras” dengan “Teras”
Catatan :
Identitas sebuah fonem hanya berlaku dalam satu bahasa tertentu saja, misalnya dalam bahasa Mandarin (Cina ada fonem /t/ dan fonem /th/ dan /thin/ yang artinya mendengar. Demikian juga dalam bahasa Inggris. Contoh fonem /k/ dan /g/ seperti pada pasangan minimal /back/ dengan /bag/, /beck/ dengan /beg/, /bicker/ dengan /bigger/, /got/ dengan /get/.
Dalam bahasa Inggris beban fungsional fonem /L/ dengna /r/ juga tampaknya tinggi, sebab banyak pasangan minimal kita dapati seperti /lawan/ dengan /rawan/, /bala/ dengan /bara/, /para/ dengan /pala/, /sangkal/ dengan /sangkar/, /bantal/ dengan /bantar/. Sebaliknya oposisi /k/ dan /?/ barangkali hanya pada /sakat/ dengan /sa’at/. Jadi beban fungsionalnya rendah.
-          Bunyi /t/ dengan /th/ dalam bahasa Inggris bukan 2 fonem yang berbeda, tetapi 2 bunyi dari fonem sama yaitu fonem /t/
-          Dalam bahasa Indonesia fonem /i/ tidak punya empat buah alofon dalam contoh:      Cina
                        Tarik
                        Ingkar
                        Kali
Yang kedua dengan menggunakan/memperhatikan distribusi:
  1. Distribusi komplementer.
  2. Distribusi bebas.
Ad.1. Yang dimaksud dengan Distribusi Komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan juga tidak akan menimbulkan perbedaan makna. Sifatnya tetap pada lingkungan tertentu contoh fonem /p/ dlaam bahasa Inggris ada 3.
  1. Pace /pheis/ yang beraspirasi
  2. Space /spies/ yang tidak beraspirasi
  3. Map /maep/ yang tidak diletupkan
Ad.2. Distribusi bebas bahwa alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi /o/ dan /j/ adalah alofon dari fonem /o/ maka pada kata “obat” dilafalkan /obat/ atau /Ébat/.
“Orang” dilafalkan /oraY/ atau /ÉraY/
Dalam distribusi bebas ini ada operasi bunyi. Yang jelas merupakan 2 buah fonem yang beda karena ada pasangan minimal tapi dalam pasangan lain ternyata hanya varian bebas seperti fonem /o/ dan /u/, buktinya pada kata:

/kalung/  = /kalong/
/lolos/      = /lulus/                   Merupakan varian bebas
/telur/     = /telor/
/lubang/  = /lobang/
Cara menentukan/mengklasifikasi fonem yang lain dengan cara mengklasifikasikan bunyi pda fonetik yakni perhatikan unsur supra segmental à ada bunyi vokal dan konsonan.
Bedanya kalau bunyi-bunyi vokal ada konsonan ini agak terbatas, sebab hanya bunyi yang membedakan makna saja yang dapat menjadi fonem. Itupun hanya tertentu saja.
Fonem segmental yaitu fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmetasi terhadap ujaran arus ujaran.
Fonem supra segmental yaitu fonem yang berupa unsur-unsur supra segmental/ fonem non segmental.
Jadi pada fonemik ciri prosodi seperti :
1.      Tekanan
2.      Durasi (Ritme) lamanya waktu
3.      Nada bersifat fungsional atau dapat membedakan makna
Contoh dalam bahasa Batak
Kata tuhu (dengan tekanan pada suku pertama) artinya batu.
        tuhu (dengan tekanan pada suku kedua) berarti ketul.
Dalam Bahasa Indonesia unsur supra segmental tampaknya tidak bersifat fonemis/pun matemis namun, intonasi mempunyai peranan pada tingkat sintaksis, umpamanya kalimat.
Dia membaca komik
Jika    1.  Dengan tekanan pada kata Dia berarti membaca buku itu orang lain.
2.    Dengan tekanan pada kata membaca berarti dia bukan menulis/menjual komik
3.    Dengan tekanan pada komik berarti yang dibacakan bukan Koran. Begitu juga tanpa perubahan struktur hanya dengan memberi intonasi tanya maka kalimat itu menjadi kalimat tanya dan dengan memberi intonasi seruan maka kalimat itu menjadi kalimat seru.
Dalam bahasa Melayu dialek Jakarta kata “tahu” yang diucapkan dengan intonasi biasa berarti saya mengetahui. Tetapi bila diucapkan dengan pemanjangan bunyi /ta/ maka berarti saya tidak mengetahui.
Jika kriteria klasifikasi terhadap fonem sama dengan kriteria yang dipakai untuk klasifikasi bunyi /fon/ maka penamaan fonem pun sama dengan penamaan bunyi.
Kalau ada bunyi vokal depan tinggi bundar maka juga ada/akan ada fonem vokal depan tinggi bundar.
Kalau ada bunyi konsonan hambar bilabial bersuara maka juga akan ada fonem konsonan hambat bilibial bersuara.
Perhatikan kekhasan fonem !!
Kekhasan fonem sama dengan banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain.
Jumlah fonem bahasa Inggris ada 24 buah:
  • 6 fonem vokal (a i u e ə o)
  • 18 fonem konsonan (p t c k b d j g m n η s h r l w dan y)
Ada juga yang menghitung 28 dengan menambah 4 fonem asing (t z f x).
Ada 31 buah + 3 buah fonem diftong /aw/, /qy/, /oy/.
Ada pula yang menambahkan karena hanya menganggapnya sebagai alofon dari fonem lain yaitu fonem /k/.
Perhatikan perubahan fonem
Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungan/pada fonem-fonem lain yang berada disekitarnya, mialnya /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan berbunyi /É/ dan jika berada pada silabel terbuka akan berbunyi /o/.
Perlu diingat perubahan yang terjadi pada kasis fonem /o/ bahasa Indonesia itu bersifat fonetis bukan fonemis. Tidak mengubah fonem /o/ itu menjadi fonem lain. Dalam beberapa kasus lain dalam bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain.
Cara menentukan fonem menurut buku Analisis Bahasa/Fonologi :
  • Memperhatikan fungsi pembeda
  • Pasangan minimal, beban fungsional, ekafonem, dwifonem, dan alofonemis.
Gambaran secara umum adalah sebagai berikut:
Untuk dapat menentukan fonem-fonem suatu bahasa, kita perlu mengetahui seperti diatas. Yang telah disebutkan:
1.      Pasangan minimal dan beban fungsional
Suatu bunyi yang mempunyai fungsi untuk membedakan kata dari kata yang lain dapat disebut sebuah fonem.
Identifikasi semacam ini bisa diketahui dengan cara mencari dan membandingkannya dengan pasangan minimal. Perbedaan minimal tersebut biasanya selalu terdapat dalam kata sebagai konstituen yaitu suatu bagian ujaran. Misalnya “lupa” dan “rupa” merupakan kata yang jelas berbeda sebagai kata. Dari sudut bunyi perbedaan tersebut terdapat dalam perbedaan satu bunyi saja dalam masing-masing kata itu, yaitu /l/ dan /r/ maka kedua fonem itu dalam bahasa Indonesia berbeda secara fungsional dalam arti tadi dengan kata lain fonem /l/ dan /r/ merupakan fonem-fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang memang ada bunyi /l/ dan /r/ akan tetapi tidak ada pasangan minimal dimana perbedaan minimal itu terdapat maka dari itu /l/ dan /r/ dalam bahasa Jepang merupakan fonem-fonem yang berbeda.
Catatan:
Pasangan minimal: seperangkat kata yang sama kecuali dalam hal satu bunyi saja.
2.      Penafsiran ekafonem dan penafsiran dwifonem
Sya-rat= KV
Pra-ja= KKV
Ker-bau=KV
Ba-u=KV-V
Adakalanya dalam menggolongkan bunyi tertentu yang kita analisis secara fonetis ke dalam fonem tertentu, dapat kita hadapi kesulitan khusus misalnya apakah harus kita tafsirkan bunyi (dengan) bridge pada kata Inggris bridge sebagai satu fonem (afrikat) atau dua fonem (masing-masing letupan dan frikatif). Kedua macam penafsiran dalam fonologi masing-masing disebut penafsiran ekafonem (monophonematic interpretation) dan penafsiran dwifonem (biphonematic interpretation). Jika kita andaikan bunyi /d/ harus ditafsirkan sebagai satu fonem. Sebaliknya bila penafsiran ekafonem diberikan kepada /dj/ ada lagi dengan /tf/ menarik perhatian. Dalam hal /tf/ dwifonemlah yang paling tepat karena beban fungsionalnya dari oposisi /t/, /i/ tinggi sekali Y share / tear = ship / tip = fish / fit / f/ tersendiri juga amat sering kita jumpai. Bila /tf/ harus ditafsirkan sebagai dua fonem.
3.      Dengan memperhatikan variasi alofonemis
Alofon adalah wujud sama seperti variasi bunyi.
Contoh bunyi /i/ punya variasi /i/ dan /I/
Alofon = variasi fonem.
Fonem merupakan suatu wujud yang agak abstrak karena secara konkrit kita selalu mengucapkan salah satu anggota dari fonem yang bersangkutan.
Kedua kemungkinan tadi tidak menghabiskan semua variasi diantara “anggota” tadi, missal pada kata butter bunyi /t/ itu diucapkan dengan letupan samping. Lain lagi bunyi /t/ sesudah bunyi /b/.
Alofon = salah satu wujud konkrit mengucapkan sesuatu fonem bahwa diantara alofon-alofon dari satu fonem kita tidak bisa mengucapkan salah satu semau-maunya. Yang mana diantara alofon yang harus dipakai tergantung dari bunyi apa yang berdekatan pada fonem. Jadi alofon yang mana dipilih ditentukan oleh lingkungan (environment) alofon tersebut.
Variasi alofonemis termasuk fonologi karena menyangkut kemungkinan konkrit terwujudnya pengucapan dari sesuatu fonem.

8 comments: