Pages

Wednesday, May 27, 2015

SEMI VOKAL DAN DIFTONG







1.Semi- Vokal
Semi vokal adalah bunyi bahasa yang memiliki ciri vokal maupun konsonan, mempunyaai sedikit geseran, dan tidak muncul sebagai inti suku kata.
Kwalitas semi vokal ditentukan tidak hanya oleh tempat artikulasi tetapi oleh juga bangun mulut atau sikap mulut. Sikap mulut tersebut amat dekat dengan sikap mulut yang perlu untuk menghasilkan vokal tertentu. Misalnya vokal (i) adalah vokal yang paling tinggi yang ada (lihat pas. (7) di bawah) walaupun demikian tidak berarti bahwa lidah tidak dapat dinaikan lebih dekat pada langit-langit. Seandainya peninggian itu terjadi , maka terjadilah alur sempit di antara lidah dan langit-langit, daan hasilnya adalah konsonan (j). Peninggian tersebut tidak cukup untuk mencapai tempat artikulasi yang dapat dengan tepat kita pastikan. Jadi masih ada sisa dari ciri-ciri vokal. Oleh sebab itu bunyi (j) kita sebut semi vokal. Demikian pula bila vokal (u) yang merupakan vokal bundar (lihat pas. (7) di bawah), mengenai pembundaran lebih sempit lagi, maka alur yang terjadi terlalu sempit untuk menghasilkan vokal yang sejati. Maka dati itu (u) adalah semi vokal.
Semi vokal bukan vokal yang murni , bukan pula konsonan yang murni. Tetapi secara praktis dianggap sebagai konssonan saja.
Catatan: Bunyi (w) yang tadi adalah bunyi (w) yang bundar, artinya (w) yang bilabial. Akan tetapi bunyi (w) itu dapat diartikulasikan juga secara labio dental, artinya bibir bawah di dekatkan pada gigi atas, tetapi tidak sedemikian dekat sehingga menjadi bunyi (v). Maka dari itu bunyi (w) yang labio dental itu juga dipandang sebagai semi vokal . Ada baiknya jika anda melatih artikulasi itu karena dalam bahasa Indonesia bunyi (w) bundar itu selalu bilabial. Sehingga anda belum biasa akan (w) yang labio dental tersebut di atas.



2.Diftong
Diftong adalah dua vokal yang berurutan yang diucapkan dalam satu hembusan nafas (atau denyutan nafas), pada waktu pengucapannya ditandai oleh perubahan gerak lidah, dan yang berfungsi sebagai inti suku kata.
Selain dari penggolongan di atas, kita juga mengenal beberapa vokal yang digolongkan sebagai vokal rangkap dua atau diftong. Vokal rangkap dua terdiri dari dua bagian, yang pertama dengan posisi lidah lain dibandingkan dengan posisinya pada yang kedua. Namun, yang dihasilkan dengan cara tersebut bukan dua vokal, karena terdapat dalam satu suku kata (tentang pentingnya suku kata, lihat pas (13), di bawah). Bila ada dua vokal yaitu satu terdapat daalam satu suku kata dan yang kedua dalam suku kata yang berikutnya, maka tidak ada vokal rangkap dua.
Oleh karena itu pembicaraan dalam berbagai buku linguistik tentang vokal rangkap tiga atau triftong rupa-rupanya kurang memuaskan, karena tidak pernah terdapat suatu vokal atau suatu vokal dengan dua perubahan.
Posisi lidah di dalamnya dalam suku kata yang sama. Yang terdapat adalah dua atau tiga vokal, atau suatu diftong disusul oleh suatu vokal atau suatu vokal plus suatu diftong.
Contoh dari diftong: (au) dalam kata Indonesia  kalau, atau (ai) dalam kata Indonesia balai; tetapi (a) + (u) dalam kata Indonesia daun, atau (a) + (i) dalam kata Indonesia air adalah contoh dari dua vokal tunggal saja.
Diftong-diftong sering dibedakan menurut perbeedaan tinggi rendahnya dari unsur-unsurnya, yaitu antara diftong yang naik (rising dipthongs) dan diftong yang turun (falling dipthongs). Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong yang naik, diftong yang turun terdapat dalam kata Inggris ear dan more.

No comments:

Post a Comment