1.Semi-
Vokal
Semi vokal adalah bunyi bahasa yang memiliki ciri
vokal maupun konsonan, mempunyaai sedikit geseran, dan tidak muncul sebagai
inti suku kata.
Kwalitas semi vokal ditentukan tidak hanya oleh
tempat artikulasi tetapi oleh juga bangun mulut atau sikap mulut. Sikap mulut
tersebut amat dekat dengan sikap mulut yang perlu untuk menghasilkan vokal
tertentu. Misalnya vokal (i) adalah vokal yang paling tinggi yang ada (lihat
pas. (7) di bawah) walaupun demikian tidak berarti bahwa lidah tidak dapat
dinaikan lebih dekat pada langit-langit. Seandainya peninggian itu terjadi ,
maka terjadilah alur sempit di antara lidah dan langit-langit, daan hasilnya
adalah konsonan (j). Peninggian tersebut tidak cukup untuk mencapai tempat
artikulasi yang dapat dengan tepat kita pastikan. Jadi masih ada sisa dari
ciri-ciri vokal. Oleh sebab itu bunyi (j) kita sebut semi vokal. Demikian pula
bila vokal (u) yang merupakan vokal bundar (lihat pas. (7) di bawah), mengenai
pembundaran lebih sempit lagi, maka alur yang terjadi terlalu sempit untuk
menghasilkan vokal yang sejati. Maka dati itu (u) adalah semi vokal.
Semi vokal bukan vokal yang murni , bukan pula
konsonan yang murni. Tetapi secara praktis dianggap sebagai konssonan saja.
Catatan: Bunyi (w) yang tadi adalah bunyi (w) yang
bundar, artinya (w) yang bilabial. Akan tetapi bunyi (w) itu dapat
diartikulasikan juga secara labio dental, artinya bibir bawah di dekatkan pada
gigi atas, tetapi tidak sedemikian dekat sehingga menjadi bunyi (v). Maka dari
itu bunyi (w) yang labio dental itu juga dipandang sebagai semi vokal . Ada
baiknya jika anda melatih artikulasi itu karena dalam bahasa Indonesia bunyi
(w) bundar itu selalu bilabial. Sehingga anda belum biasa akan (w) yang labio
dental tersebut di atas.
2.Diftong
Diftong adalah dua vokal yang berurutan yang
diucapkan dalam satu hembusan nafas (atau denyutan nafas), pada waktu
pengucapannya ditandai oleh perubahan gerak lidah, dan yang berfungsi sebagai
inti suku kata.
Selain dari penggolongan di atas, kita juga mengenal
beberapa vokal yang digolongkan sebagai vokal rangkap dua atau diftong. Vokal
rangkap dua terdiri dari dua bagian, yang pertama dengan posisi lidah lain
dibandingkan dengan posisinya pada yang kedua. Namun, yang dihasilkan dengan
cara tersebut bukan dua vokal, karena terdapat dalam satu suku kata (tentang
pentingnya suku kata, lihat pas (13), di bawah). Bila ada dua vokal yaitu satu
terdapat daalam satu suku kata dan yang kedua dalam suku kata yang berikutnya,
maka tidak ada vokal rangkap dua.
Oleh karena itu pembicaraan dalam berbagai buku
linguistik tentang vokal rangkap tiga atau triftong rupa-rupanya kurang
memuaskan, karena tidak pernah terdapat suatu vokal atau suatu vokal dengan dua
perubahan.
Posisi lidah di dalamnya dalam suku kata yang sama.
Yang terdapat adalah dua atau tiga vokal, atau suatu diftong disusul oleh suatu
vokal atau suatu vokal plus suatu diftong.
Contoh dari diftong: (au) dalam kata Indonesia kalau, atau (ai) dalam kata Indonesia balai;
tetapi (a) + (u) dalam kata Indonesia daun, atau (a) + (i) dalam kata
Indonesia air adalah contoh dari dua vokal tunggal saja.
Diftong-diftong sering dibedakan menurut perbeedaan
tinggi rendahnya dari unsur-unsurnya, yaitu antara diftong yang naik (rising
dipthongs) dan diftong yang turun (falling dipthongs). Dalam bahasa Indonesia
hanya ada diftong yang naik, diftong yang turun terdapat dalam kata Inggris ear
dan more.
No comments:
Post a Comment