Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terdapat suku
kata, yaitu vokal dan konsonan. Vokal merupakan suara yang dihasilkan dalam
rongga yangh dibentuk oleh bagian atas saluran pernafasan. Konsonan adalah
bunyi yang kurang dapat ditangkap tanpa dukungan vokal pendahuluan yang
sesudahnya. Vokal terdengar lebih terdengar daripada konsonan, nampaknya hal
itu berarti bahwa setiap setiap suku kata berkaitan dengan puncak lengkung
keterdengaran.
Suku kata adalh bagian dari kata yang diucapkan satu
hembusan napas dan umumnya terdiri atas beeberapa fonem. Kata seperti datang diucapkan dengan dua hembusan
napas : satu untuk da- dan satunya
lagi untuk –tang. Karena itu, datang
terjadi dari dua suku kata. Tiap – tiap suku terjadi dari dua dan tiga bunyi :
[da] dan [taŋ].
Suku kata dalam bahasa Indonesia selalu memiliki
vokal yang menjadi puncak suku kata. Puncak itu dapat didahului dan diikuti
oleh satu konsonan atau lebih, meskipun dapat terjadi bahwa suku kata hanya
terjadi atas satu vokal atau satu vokal dengan satu konsonan. Beberapa contoh
suku kata adalah sebagai berikut :
Pergi → per-gi
Kepergian →
ke-per-gi-an
Ambil → am-bil
Dia → di-a
Suku kata yang berakhir dengan vokal , (K)V, disebut
suku buka dan suku kata yang berakhir pada konsonan, (K) VK, disebut suku tertutup.
Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih,
misalnya ban, bantu, membantu, memperbantukan. Betapapun panjangnya suatu kata,
wujud suku yang membentuknya mempunyai struktur dan kaidah pembentukan yang
sederhana. Suku kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas :
1.
Satu vokal
V → a-mal,
su-a-tu,tu-a
2.
Satu vokal dan satu
konsonan
V K →ar-ti,
ber-il-mu, ka-il
3.
Satu konsonan dan satu
vokal
KV→ pa-sar,
sar-ja-na, war-ga
4.
Satu konsonan, satu
vokal, dan satu konsonan
KVK→ pak-sa,
ke-per-lu-an, pe-san
5.
Dua konsonan dan satu
vokal
KKV→slo-gan,
pen-dra-ma-an, ko-pra
6.
Dua konsonan, satu
vokal dan satu konsonan
KKVK→trak-tor,
a-trak-si, kon-trak
7.
Satu konsonan, satu
vokal dan dua konsonan
KVKK→teks-til,
kon-teks-tu-al, kon-trak
8.
Tiga konsonan dan satu
vokal
KKKV→stra-te-gi,
stra-ta
9.
Tiga konsonan, satu
vokal dan satu konsonan
KKKVK→struk-tur, in-struk-si,strom
10.
Dua konsonan, satu
vokal, dan dua konsonan
KKVKK→kom-pleks
11.
Satu konsonan, satu
vokal, dan tiga konsonan
KVKKK→korps
12. Ons=VKK
Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk dari gabungan
bermacam – macam suku kata seperti yang tercantum di atas. Karena bentuk suku
kata yang terdapat pada nomor 6 sampai 11 pada dasarnya berasal dari kata
asing, banyak orang menyelipkan fonem /ə/ untuk memisahkan konsonan yang
berdekatan. Contoh : slogan, strika, prangko diubah masing – masing menjadi
selogan, setrika, perangko.
Kecuali pada kata pungut, bahasa Indonesia tidak
memiliki konsonan rangkap pada akhir kata. Karena itu, kata asing yang memiliki
ciri itu dipakai dalam bahasa Indonesia sering kali disesuaikan dengan menyisipkan
vokal dalam ucapannya atau menghilangkan salah satu konsonannya. Kata mars dan
lift kadang – kadang diubah menjadi mares dan lif.
Vokal dan konsonan yang mengisi pola suku kata pada
nomor 1 sampai pada nomor 4 pada umumnya adalah vokal dan konsonan apa saja.
Namun untuk pola nomor 5 sampai ke nomor 8 macamnya lebih terbatas. Jika dua
konsonan terdapat dalam satu suku kata yang sama, maka konsonan yang pertama
hanyalah /p/, /b/, /t/, /k/, /g/, /f/, /s/, dan /d/, sedang konsonan yang kedua
hanyalah /l/, /r/, /w/, atau /s/, /m/, /n/, /k/ di dalam beberapa kata.
GUGUS KONSONAN
/pl/ pleonasme, pleno, kompleks, taplak.
/bl/ blangko, blambangan, gam-blang
/kl/ klinik, klimaks, klasik
/gl/ global, gladiator, isoglos
/fl/ flamboyan, flanel, flu
/sl/ slogan, slipi
/pr/ pribadi, april, semprot
/br/ brahma, obral,amibruk
/tr/ tragedi, sastra, mitra
/dr/ driama, adres, drastis
/kr/ kristen,akrab, krupuk,mikroskop
/gr/ gram, granat, grafik
/fr/ fragmen, diafragma, frustasi
/sr/ pasrah, Sragen, Sriwijaya
/ps/ psikologi, psikiater, psikolog, pseudo
/ks/ ekstra,
eksponen
/dw/ dwifungsi, dwiwarna, dwibahasa
/sw/ swalayan, swasenbada, swasta
/kw/ kwintal, kwitansi
/sp/ spora, spanduk, sponsor
/sm/ smokel
/sn/ snobisme
/sk/ skala, skema, skandal
Jika tiga konsonan berderet dalam suku kata, maka
konsonan yang pertama /s/, yang kedua /t/ atau /p/, dan yang ketiga /r/ atau
/l/
Contoh :
/str/ strategi, struktur, instruksi
/spr/ sprei
/skr/ skripsi, manuskrip
/skl/ sklerosis
Seperti halnya dengan sistem vokal yang mempunyai
diftong dan deretan vokal yang biasa, sistem konsonan yang biasa disamping
gugus konsonanseperti yang telah digambarkan di atas. Deretan dua konsonan yang
biasa dalan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
Suku Kata
Setiap kata
yang kita ucapkan pada umunya dibangun oleh bunyi-bunyi bahasa, baik berupa
bunyi vokal konsonan maupun berupa bunyi semi konsonan. Kata yang dibangun tadi
dapat terdiri atas satu segmen atau lebih. Di dalam kajian fonologi segmen
tersebut disebut suku. Suku kata merupakan bagian atau unsur pembentuk suku
kata. Setiap suku paling tidak harus terdiri atas sebuah bunyi vokal atau
merupakan gabungan antara bunyi vokal dan konsonan.
Bunyi vokal
di dalam sebuah suku kata merupakan puncak penyaringan atau sonority, sedangkan
bunyi konsonan bertindak sebagai lembah suku. Di dalam sebuah suku hanya ada
sebuah puncak suku dan puncak ini di tandai dengan bunyi vokal. Lembah suku
yang di tandai dengan bunyi konsonan bisa lebih dari satu jumlahnya. Bunyi konsonan
yang berada di depan bunyi vokal disebut tumpu suku, sedangkan bunyi konsonan
yang berada di belakang bunyi vokal disebut koda suku.
Jumlah suku
di dalam sebuah kata dapat dihitung dengan melihat jumlah bunyi vokal yang ada
dalam kata itu. Dengan demikian, jika ada kata yang berisi 3 buah bunyi vokal,
maka dapat ditentukan bahwa kata itu terdiri atas 3 suku kata saja. Misalnya,
kata teler [ tElEr] adalah kata yang terdiri atas dua suku yaitu [tE] dan
[lEr]. Masing-masing suku berisi sebuah bunyi vokal, yaitu bunyi [ E ].
Dalam
penguraian kata atas suku-sukunya ada beberapa hal yang mesti diperhtikan,
antara lain :
1. Jika sebuah konsonan
diapit dua vokal maka konsonan tersebut ikut vokal dibelakangnya. Contoh : Ibu
menjadi I – bu.
2. Awalan dan akhiran harus
dituliskan tercerai dari kata dasarnya.
Contoh :
a). Pelaksanaan, menjadi Pe
– lak - sa – na – an
b). Memperbaiki, menjadi Mem
– per – ba – ik – i
3. Jika dua konsonan diapit
dua vokal, maka kedua vokal tersebut harus diceraikan.
Contoh :
a). Anda, menjadi An – da
b). Bantu, menjadi Ban – tu
2.2 Pola Suku Kata
Jika jumlah
suku dan penentuan suku pada sebuah kata dapat ditentukan, maka untuk
mengetahui pola persukuannya amat mudah. Pola persukuan diambil dengan
merumuskan setiap suku yang ada dalam kata. Bubyi vokal (disingkat : V) dan
bunyi konsonan (yang disingkat K) serta bunyi semi konsonan (disingkat ½ K)
akan menjadi rumusan pola setiap suku. Bunyi semi konsonan di dalam pola
persukuan diberikan rumus ½ K, agar tidak menimbulkan kekaburan di dalam
perumusan.
Di dalam
bahasa Indonesia ditemukan kata-kata yang setiap sukunya bisa hanya berupa
sebuah bunyi vokal, bunyi vokal dengan bunyi semi konsonan, satu vokal dengan
sebuah bunyi semi konsonan, satu vokal dengan sebuah bunyi konsonan, dan sebuah
vokal dengan dua buah bunyi konsonan. Berdaserkan ketentuan inilah, maka
didalam bahasa indonesia ditemukan beberapa jenis pola persukuan. Jenis – jenis
vola persukuan itu dapat dilihat dibawah ini.
a) Suku kata berpola V, suku
kata ini dibangun olh sebuah bunyi vokal saja sebagai puncak
Contoh :
I + bu [ I
] + [ bu ]
a + nak [ a
] + [na? ]
u + mum [ u
] + [ mUm ]
i + par [ i
] + [ par ]
o + rang [
o ] + ran ]
e + nak [ E
] + [ na? ]
b) Suku kata berpola VK,
suku ini dibangun oleh sebuah bunyi vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi
konsonan sebagai kode.
Contoh :
an + jing [
an ] + [ jIn ]
an + tar [
an ] + [ tar ]
un + tuk [
Un ] + [ tUk ]
am + bil [
am ] + [ bll ]
in + dah [
In ] + [ dah ]
ong + kos [
o n ] + [ kos ]
c) Suku kata berpola KV ,
suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebagai tumpu suku dan sebuah
bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh :
Pu + nah [
pu ] + [ nah ]
Pu + sing [
pu ] + sIn
mu + al [
mu ] + [ al ]
bi + sul [
bi ] + [ sUl ]
ne + kat [
nE ] + [ kat ]
tu + buh [
tu ] + bUh ]
lu + rus [
lu ] + [ rUs ]
d) Suku kata yang berpola
KVK , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah
bunyi vokal, sebagai puncak sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.
Contoh :
Pan + tat [ pan ] + [ tat ]
Sum + ber [ sUm ] + [ bor ]
Tun + ber [
tUn ] + [ dUk ]
Lin + tas [
dir ] + [ tas ]
Tak + dir [
tak ] + [ dIr ]
Pin + dah [
pIn ] + dah
Ling + lung
[ IIn ] + [ IUn ]
e) Suku kata yang berpola
KKV , suku ini dibangun oleh dua buah bunyi konsonan sebagai tumpu suku, dan
sebuah bunyi vokl sebagai puncak suku.
Contoh:
Dra + ma [
dra ] + [ ma ]
Gra + tis [
gra ] + [ tis ]
Pro + duk +
si [ pro ] + [ duk ] + [ si ]
Gro + gi [
gro ] + [ gi ]
Pra + kar +
sa [ pra ] + [ kar ] + [ sa ]
f) Suku kata yang berpola
KKVK, suku ini dibangun oleh dua buah bunyi konsonan yang bertindak
sebagaitumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai puncaknya dan sebuah bunyi
konsonan sebagai koda suku.
Contoh :
Prak + tik [ prak ] + [ tIk ]
Dras + tis [ dras ] + [ tIs ]
Frak + si [ frak ] + [ si ]
Klas + ter [ klas ] + [ ter ]
Klen + teng [ klen ] + [ tEn ]
g) Suku kata yang berpola ½
KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku, dan
sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh :
Wa + jah [ wa ] + [ jah ]
Ya + kin [ ya ] + [ kIn ]
Wa + ni + ta [ wa ] + [ ni ] + [
ta ]
Ya + tim [ ya ] + [ tim ]
Wa + dam [ wa ] + [ dam ]
h) Suku kata yang berpola ½
KVK, yaitu sebuah suku yang di bangun oleh bunyi semi konsonan sebagai tumpu
suku, sebuah bunyi vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda
suku. Hal ini dapat dilihat dalam contoh di bawah ini.
Contoh :
Wak + tu [ wak ] + [ tu ]
Sa + wah [ sa ] + [ wah ]
U + ang [ u ] + [ wan ]
Win + du [ win ] + [ du ]
Wi + la + yah [ wi ] + [ la ] + [
yah ]
Pa + yah [ pa ] + [ yah ]
A + yah [ a ] + [ yah ]
i) Suku kata yang berpola
KKVKK, yaitu suku kata yang dibangun oleh dua buah bunyi konsonan yang
bertindak sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai sonarity dan dua buah
bunyi konsonan yang bertindak sebagai koda suku. Hal ini dapat dilihat pada
contoh berikut.
Contoh :
Trans + mi + gra + si [ trans ] +
[ mi ] + [ gra ] + [ si ]
Trans + por [ tras ] + [ por ]
DERETAN KONSONAN
/mp/ em-pat, pimpin, tampuk
/mb/ ambil, gambar, ambang
/nt/ untuk, ganti, pintu
/nd/ indah, pendek, pandang
/nc/ lancar, kunci, kencing
/nj/ janji, banjir, panjang
/ŋk/ engkau, mungkin, bungkuk
/ŋg/ angguk, tinggi, tanggung
/ns/ insaf, insang
/ŋs/ bangsa, angsa, mangsa
/rb/ kerbau, korban, terbang
/rd/ merdeka, merdu, kerdil
/rg/ harga, pergi, sorga
/rj/ kerja, terjang, sarjana
/rm/ permata, cermin, derma
/rn/ warna, purnama, ternak
/rl/ perlu, kerling, kerlip
/rt/ arti, serta, harta
/rk/ terka, perkara, murka
/rs/ bersih, kursi, gersang
/rc/ percaya, karcis, percik
/st/ isteri, pasti, kusta, dusta
/sl/ asli, tuslah, beslit, beslah
/kt/ waktu, dokter, bukti
/ks/ paksa, laksana,seksama
/?d/ takdir
/?n/ laknat, makna, yakni
/?l/ takluk, maklum,taklim
/?r/ makruf, takrif
/?y/ rakyat
/?w/ dakwa, takwa, dakwah
/pt/ sapta, optik, baptis
/ht/ sejahtera, tahta, bahtera
/hk/ bahkan
/hs/ dahsyat
/hb/ sahbandar, tahbis
/hl/ ahli, mahligai, tahlil
/hy/ sembahyang
/hw/ bahwa, syahwat
/sh/ mashur
/mr/ jamrut
/ml/ jumlah, imla
/lm/ ilmu, gulma,palma
/gn/ signal, kognitif
/np/ tanpa
/rh/ gerhana
/sb/ asbak, asbes, tasbih
/sp/ puspa, puspita, aspira, aspal
/sm/ basmi, asmi, resmi
/km/ sukma
/ls/ palsu, pulsa, filsafat, balsem
/lj/ salju, aljabar
/lt/ sultan, salto, simultan
/bd/ sabda, abdi
/gm/ magma, dogma
/hd/ syahdan, syahdu
Dari pola suku kata dan deretan konsonan di atas
dapat disimpulkan bahwa jejeran konsonan yang berada diluar kedua kelompok ini
akan terasa asing di telinga kita dan akan terucapkan dengan agak tersendat –
sendat. Kata seperti kafka dan atdun kelihatan dan terdengar aneh bagi
kita, karena deretan konsonan /fk/ dan /td/ tidak terdapat dalam pola urutan
konsonan bahasa kita meskipun konsonan /f/, /k/, /t/, dan /d/ masing – masing
merupakan fonem bahasa Indonesia.
terima kasih.. sangat membantu
ReplyDeleteSangat membantu
ReplyDeletesemoga bermanfaat :)
ReplyDeleteuntuk kata radio bagaimana cara mengetahui pola nya? sedangkan di KBBI radio menjadi ra-dio . pola dio nya apakah KVV atau diftong atau ada istilah lain?
ReplyDeletesuku kata untuk kata "biasanya" gimana?
ReplyDeleteSuku kata koran
ReplyDeleteko-ran
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMembantu sekali.... bisa dijelasin apa itu suku kata minimal nggak
ReplyDeleteKata"biola" Menjadi berapa sukubkata?
ReplyDeleteBi-o-la
DeleteSuku kata olahraga gmn
ReplyDeleteO-lah-ra-ga
ReplyDelete