Yang dimaksud dengan asimilasi ialah saling pengaruh
yang terjadi antara bunyi yang berdampingan (bunyi kontigu) atau antara yang
berdekatan tetapi dengan bunyi lain diantaranya dalam ujaran (bunyi diskret)
(lihat Bab IV, pas. (7)). Dalam pasal ini hanya kita uraikan tentang satu jenis
asimilasi saja, yaitu asimilasi fonetis. Istilah Inggris untuk asimilaasi
adalah assimilation istilah asimilasi fonetis tidak lazim dipakai, tetapi
diberi nama itu disini untuk membedakannya dari tiga jenis asimilasi yang lain,
yang akan dibahas pada Bab IV berikut.
Sebagai contoh sederhana asimilasi fonetis kita ambil bunyi (t) dalam
bahasa Inggris yang biasanya diucapkan secara apiko alveolar tetapi bila
terdapat sebelum bunyi (s) maka menyesuaikan diri dengan artikulasi lamino
alveolar bunyi (s) tersebut, menjadi lamino alveolar sendiri (t) dalam kata
stop misalnya.
Sebagai contoh ke dua ambil saja kata Inggris
butler. Pengucapan bunyi (t) adalah apiko alveolar, jadi ujung lidah menyentuh
lengkung kaki gigi, dan hal itu terjadi pula dengan mengucapkan bunyi (l).
Perbedaan antara pengartikulasian (t)
dan (l) adalah bahwa hal (t) kedua sisi
lidah menyentuh gigi atas di samping di kedua-duanya belah (untuk memungkinkan implosi,
sedang dalam hal (l) kedua sisi lidah tidak dinaikan demikian. Adapun eksplosi bunyi (t) biasanya
terlaksana dengan melepaskan ujung lidah
dari lengkung kaki gigi. Padahal dalam kata butler posisi ujung lidah menyentuh
lengkung kaki gigi tetap dipertahankan karena posisi itu perlu untuk
pengartikulasian bunyi (l). Jadi pelepasan pada detik eksplos bunyi (t) itu
tidak mungkin dengan menurunkan ujung lidah. Maka dari itu yang diturunkan adalah kedua sisi
lidah. Eksplosi semacam ini disebut letupan samping (side plosian). Hal itu
terasa anda diajak mencoba merasakannya.
Di antara kedua bunyi (t) dan (l) dalam kata butler tadi ada
suatu pengaruh lain lagi. Oleh karena bunyi (t) tidak bersuara sedangkan bunyi
(l) memang bersuara, maka dalam pengucapan banyak penutur Inggris bunyi m(l)
tersebut dihasilkan dengan cara tak bersuara. Dalam perlambangan fonetis hal
itu lazim dilambangkan dengan angka nol kecil di bawah tanda bunyi yang
bersangkutan.
Dalam contoh-contoh tadi perhatika arah pengaruh fonetis. Dalam
laminalisasi pelafalan bunyi (t) dalam kata stop seperti diuraikan di atas.
Bunyi (s0 lah yang mempengaruhi artikulasi bunyi (t), tidak sebaliknya.
Pengaruh terjadi ke depan; asimilasi ke depan semacam itu disebut asimilasi
progresif (progressive assimilation). Sedangkan letupan samping bunyi (t) dalam
kata butler diakibatkan oleh perlunya mengartikulasikan bunyi (l) yang
berikutnya secara apikal dengan perkataan lain, arah pengaruh adalah ke
belakang , dan asimilasi semacam itu disebut asimilasi regresif ( regressive
assimilation). (katakanlah asimilasi manakah terdapat dalam contoh di atas silahkan cari contoh lain).
Beberapa contoh lagi dari asimilasi fonetis akan
berguna. Ambil inisialnya kata Inggris bad dibandingkan dengan kata bat. Dalam
kata bad vokalnya panjang dibandingkan dengan vokal kata bat. Dan sebabnya
adalah bahwa bunyi (d), sebagai bunyi letupan bersuara pada akhir kata,
memperpanjang vocal yang mendahuluinya. Jadi di sini ada asimilasi fonetik
(karena tidak mengubah fonem yang bersangkutan), dan memang regresif.
Asimilasi dapat juga berakibat pada perubahan bunyi melalui satu atau
lebih bunyi diantaranya. Sebagai contoh bandingkan kata Belanda. Hand tangan
debandingkan dengan kata (diminutive) handje tangan keci. Morfem diminutive –je;
oleh karena bunyi (l), menyebabkan terjadinya tiga hal: (1) d itu bunyi (t)
dalam hal ini diartikulasikan sedikit kebelakang menjadi medio laminal, (2)
bunyi (n) mengalami perubahan artikulasi yang sama dan hal itu mudah
dimengerti, karena (t) dan (n) adalah homorgan yaitu menjadi medio laminal
juga, (3) vocal (a) itu diubah menjadi vocal yang sedikit lebih tinggi dan
sedikit lebih depan , disbanding dengan vocal (a) dalam kata band.—karena tidak
ada perubahan fonem, maka asimilasi bersifat fonetis saja, dan arah asimilasi
adalah regresif.
Dalam linguistik, asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang menyebabkannya mirip atau sama dengan
bunyi lain yang ada di dekatnya, seperti sabtu dalam bahasa
Indonesia yang diucapkan
[saptu].
Menurut pengaruhnya terhadap fonem, asimilasi dibagi menjadi dua yaitu
·
fonemis, yang menyebabkan berubahnya identitas suatu fonem
·
fonetis, yang tidak menyebabkan perubahan identitas suatu fonem.
Menurut letak bunyi yang diubah,
asimilasi dibagi tiga yaitu
·
progresif, jika bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang
memengaruhinya,
·
regresif, jika bunyi yang diubah terletak di depan
resiprokal,
jika perubahan terjadi pada kedua bunyi yang saling memengaruhi
No comments:
Post a Comment