Pages

Wednesday, May 27, 2015

ASIMILASI FONEMIK





Yang dimaksud dengan asimilasi ialah saling pengaruh yang terjadi antara bunyi yang berdampingan (bunyi kontigu) atau antara yang berdekatan tetapi dengan bunyi lain diantaranya dalam ujaran (bunyi diskret) (lihat Bab IV, pas. (7)). Dalam pasal ini hanya kita uraikan tentang satu jenis asimilasi saja, yaitu asimilasi fonetis. Istilah Inggris untuk asimilaasi adalah assimilation istilah asimilasi fonetis tidak lazim dipakai, tetapi diberi nama itu disini untuk membedakannya dari tiga jenis asimilasi yang lain, yang akan dibahas pada Bab IV berikut.
Sebagai contoh sederhana asimilasi fonetis kita ambil bunyi (t) dalam bahasa Inggris yang biasanya diucapkan secara apiko alveolar tetapi bila terdapat sebelum bunyi (s) maka menyesuaikan diri dengan artikulasi lamino alveolar bunyi (s) tersebut, menjadi lamino alveolar sendiri (t) dalam kata stop misalnya.
Sebagai contoh ke dua ambil saja kata Inggris butler. Pengucapan bunyi (t) adalah apiko alveolar, jadi ujung lidah menyentuh lengkung kaki gigi, dan hal itu terjadi pula dengan mengucapkan bunyi (l). Perbedaan antara pengartikulasian  (t) dan (l) adalah bahwa  hal (t) kedua sisi lidah menyentuh gigi atas di samping di kedua-duanya belah (untuk memungkinkan implosi, sedang dalam hal (l) kedua sisi lidah tidak dinaikan  demikian. Adapun eksplosi bunyi (t) biasanya terlaksana dengan melepaskan  ujung lidah dari lengkung kaki gigi. Padahal dalam kata butler posisi ujung lidah menyentuh lengkung kaki gigi tetap dipertahankan karena posisi itu perlu untuk pengartikulasian bunyi (l). Jadi pelepasan pada detik eksplos bunyi (t) itu tidak mungkin dengan menurunkan ujung lidah. Maka  dari itu yang diturunkan adalah kedua sisi lidah. Eksplosi semacam ini disebut letupan samping (side plosian). Hal itu terasa anda diajak mencoba merasakannya.
Di antara kedua bunyi (t) dan (l) dalam kata butler tadi ada suatu pengaruh lain lagi. Oleh karena bunyi (t) tidak bersuara sedangkan bunyi (l) memang bersuara, maka dalam pengucapan banyak penutur Inggris bunyi m(l) tersebut dihasilkan dengan cara tak bersuara. Dalam perlambangan fonetis hal itu lazim dilambangkan dengan angka nol kecil di bawah tanda bunyi yang bersangkutan.
Dalam contoh-contoh tadi perhatika arah pengaruh fonetis. Dalam laminalisasi pelafalan bunyi (t) dalam kata stop seperti diuraikan di atas. Bunyi (s0 lah yang mempengaruhi artikulasi bunyi (t), tidak sebaliknya. Pengaruh terjadi ke depan; asimilasi ke depan semacam itu disebut asimilasi progresif (progressive assimilation). Sedangkan letupan samping bunyi (t) dalam kata butler diakibatkan oleh perlunya mengartikulasikan bunyi (l) yang berikutnya secara apikal dengan perkataan lain, arah pengaruh adalah ke belakang , dan asimilasi semacam itu disebut asimilasi regresif ( regressive assimilation). (katakanlah asimilasi manakah terdapat dalam contoh  di atas silahkan cari contoh lain).
Beberapa contoh lagi dari asimilasi fonetis akan berguna. Ambil inisialnya kata Inggris bad dibandingkan dengan kata bat. Dalam kata bad vokalnya panjang dibandingkan dengan vokal kata bat. Dan sebabnya adalah bahwa bunyi (d), sebagai bunyi letupan bersuara pada akhir kata, memperpanjang vocal yang mendahuluinya. Jadi di sini ada asimilasi fonetik (karena tidak mengubah fonem yang bersangkutan), dan memang regresif.
Asimilasi dapat juga berakibat pada perubahan bunyi melalui satu atau lebih bunyi diantaranya. Sebagai contoh bandingkan kata Belanda. Hand tangan debandingkan dengan kata (diminutive) handje tangan keci. Morfem diminutive –je; oleh karena bunyi (l), menyebabkan terjadinya tiga hal: (1) d itu bunyi (t) dalam hal ini diartikulasikan sedikit kebelakang menjadi medio laminal, (2) bunyi (n) mengalami perubahan artikulasi yang sama dan hal itu mudah dimengerti, karena (t) dan (n) adalah homorgan yaitu menjadi medio laminal juga, (3) vocal (a) itu diubah menjadi vocal yang sedikit lebih tinggi dan sedikit lebih depan , disbanding dengan vocal (a) dalam kata band.—karena tidak ada perubahan fonem, maka asimilasi bersifat fonetis saja, dan arah asimilasi adalah regresif.
Dalam linguistik, asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang menyebabkannya mirip atau sama dengan bunyi lain yang ada di dekatnya, seperti sabtu dalam bahasa Indonesia yang diucapkan [saptu].
Menurut pengaruhnya terhadap fonem, asimilasi dibagi menjadi dua yaitu
·         fonemis, yang menyebabkan berubahnya identitas suatu fonem
·         fonetis, yang tidak menyebabkan perubahan identitas suatu fonem.
Menurut letak bunyi yang diubah, asimilasi dibagi tiga yaitu
·         progresif, jika bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang memengaruhinya,
·         regresif, jika bunyi yang diubah terletak di depan
resiprokal, jika perubahan terjadi pada kedua bunyi yang saling memengaruhi

No comments:

Post a Comment