Pages

Sunday, March 30, 2014

Asal Usul Desa Pecabean

Asal Usul Desa Pecabean


DESA Pecabean Kecamatan Pangkah merupakan desa yang sebagian besar wilayahnya berupa sawah pertanian. Produksi pertanian daerah ini didominasi sayuran, padi, dan palawija. Pada masa awal berdirinya desa tersebut, tanah yang subur menjadikan sangat cocok untuk tanaman sayuran.
Jenis sayuran yang paling banyak ditanam adalah cabai, lombok, terong, kacang panjang dan lainnya. Dominasi tanaman cabai (dalam bahasa Jawa = cabe) dan hasil panenan melimpah, konon yang menjadikan desa ini disebut dengan Desa Pecabean.
Penamaan desa tersebut kali pertama diberikan oleh Kiai Djinten. Hal itu karena produksi cabai wilayah tersebut berlimpah dan jumlahnya juga cukup besar.
Kiai Djinten merupakan tokoh penyebar Agama Islam di daerah Kabupaten Tegal, dengan wilayah penyebaran dari desa-desa di Kecamatan Pangkah, Tarub, Adiwerna dan Talang. Lokasi bermukimnya di Desa Balamoa Kecamatan Pangkah. Kiai Djinten mendirikan pesantren yang bukan saja mengajarkan ilmu agama dan Alquran, tetapi juga ilmu pertanian.
Sektor pertanian menjadi media yang cukup efektif untuk mendekati masyarakat. Terlebih, daerah yang jadi sasaran pencerahannya adalah kawasan pertanian, seperti Balamoa, Kalikangkung, Jatirawa, Pecabean, Bedug, Pegirikan, Pekiringan, Tembok, Tarub dan lainnya.
Daerah-daerah tersebut menjadi sentral produksi pertanian. Tak heran, jika beliau memberi nama Pecabean yang dimaksudkan sebagai desa dengan produksi cabai terbanyak.
Kepiawaian Kiai Djinten pada bidang pertanian cukup memikat banyak kalangan. Terlebih pemahaman agamanya sangat dalam. Bergelut di sektor pertanian membuat dia hidup sederhana. Karenya banyak murid yang berguru kepadanya termasuk Pangeran Benowo yang pada akhirnya Pangeran Benowo menggantikan Kiai Djinten untuk menyebarkan Agama Islam di Balamoa yang terkenal dengan nama Ki Benawi. Kiai Djinten juga dikenal di daerah Tembok Luwung, sehingga kedatangannya ke Tembok Luwung untuk meyebarkan Agama Islam disambut gembira oleh penduduk. Akhirnya Kiai Djinten memutuskan untuk tinggal di Tembok Luwung sampai meninggal. Makamnya dibuat lebih tinggi dengan makam yang lain dan berundak-undak sehingga Kiai Djinten terkenal dengan sebutan Mbah Undagan atau Mbah Dagan.
Dari penyebaran Islam oleh Mbah Dagan ini melahirkan banyak kiai dan ulama di Kabupaten Tegal.

No comments:

Post a Comment