Fonem yang berwujud bunyi yang membedakan arti
seperti fonem /k/ dan /d/ dalam pasangan minimal [kuda]- [duda] disebut sebagai
fonem segmental [fonem primer], karena bunyi tetapi sebagai segmen terkecil.
Fonem dapat pula tidak berwujud bunyi tetapi sebagai tambahan terhadap bunyi.
Tambahan tersebut berupa tekanan, durasi, dan nada, yang lazim disebut sebagai
ciri suprasegmental.
Fonem suprasegmental memiliki ciri – ciri
suprasegmental yang mengakibatkan perubahan arti. Tekanan, durasi, titinada,
dan aksen distingtif atau bersifat fonemis merupakan ciri – cirinya. Ciri ini
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tetapi, dalam bahasa Inggris , Rusia,
Belanda, Sansekerta, China, dan sebagainya. Bukan berarti ciri Suprasegmental
tidak ada dalam bahasa Indonesia, hanya yang membedakan arti saja.
Fonem suprasegmental
memiliki ciri – ciri suprasegmental yang bersifat fonemis atau dapat
meembedakan arti.
Orang yang berbicara akan terdengar bergelombang,
ada suku kata tertentu pada suatu kata tertentu mendapat penekanan yang lebih
nyaring dari yang lain, bunyi tertentu terdengar lebih panjang dan vokal pada
suatu suku kata tertentu terdengar lebih
tinggi dari vokal pada suku kata yang lain atau dengan kata lain tercipta
intonasi, yaitu kerja sama antara durasi, tekanan, nada, aksen yang menyertai
suatu tutur dari awal hingga perhentian akhir. Hal ini dipengaruhi adanya ciri
suprasegmental yang pada keadaan tertentu
dapat mengakibatkan perubahan arti, yaitu tekanan, durasi, nada, dan
aksen yang bersifat fonemis, yang dalam sistem tulisan dinyatakan dengan tanda
dikritis yang diletakkan di atas lambang bunyi (unsur segmen).
1.
Tekanan
Tekanan adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang
ditandai oleh keras lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih keras atau
yang lebih lembut ditentukan oleh amplitudo getaran, yang dihasilkan oleh
tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah. Tekanan yang bersifat fonemis yaitu
tekanan keras pada suatu bagian (segmen) dari kata dipindah ke bagian lain dari
bagian tersebut dan membedakan arti.
Inggris :
réfuse = sampah
refúse = menolak
Belanda : dóorlopen = berjalan terus
doorlópen = menjalani, menempatkan
Batak Toba : bóntar = putih
bontár = darah
2.
Jangka / Durasi
Durasi adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang
ditandai oleh panjang pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan sebuah
segmen yang dapat membedakan arti bila bersifat fonemis atau ( durasi
distingtif).
Beberapa bahasa yang memiliki duratif distingtif
misalnya bahasa Sansekerta. Durasi ini dalam bidang kata biasanya dinyatakan
adanya vokal pendek dan vokal panjang dalam bahasa itu.
Sansekerta : bhara : yang mengandung
bhaara : muatan
Bahasa Irian Jaya : syo : ketapang
syoo : menjemur
3.
Nada ( pitch)
Nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang
ditandai tinggi – rendahnya arus ujaran. Tinggi rendah ini terjadi karena frekuensi getaran yang berbeda antar
segmen. Bila seseorang sedang sedih, ia berbicara dengan nada rendah atau
sebaliknya. Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai dengan nada yang
khas. Nada dalam bahasa Indonesia tidak bersifat distingtif hanya menciptakan
perbedaan suasana. Misal kata bang-sat bila segmen pertama lebih tinggi dari
segmen sesudahnya, maka suasana kekecewaan atau kemaran akan tercipta, bila
sebaliknya suasananya adalah suasana berkelakar dengan sesama teman. Nada yang bersifat distingif / fonemis, misalnya :
China : ma : guni, ma : kuda , ma : maki, ma : -kah
kau : kutu busuk, kau :
kera, kau : tiba, kau : anjing, kau : tebal
wei :
kutu kayu, wei : berbahaya, wei : takut, wei : menjawab serta – merta
4.
Aksen
Aksen terbentuk dari faktor tekanan atau nada,
sehingga terdapat dua aksen yaitu aksen
tekanan dan aksen nada. Aksen telah dikenal oleh ahli bahasa sebagai pembeda
makna, misal :
Inggris : ̀import : barang impor
im ̀port :mengimpor
Batak Toba : ̀tutu : batu
gilasan
tùtu : benar
Tagalog : kaibi ̀gan : kedinginan
kai ̀bigan : teman
No comments:
Post a Comment