Pages

Thursday, February 27, 2020

Analisis Puisi dengan Menggunakan Teori Riffaterre

KAU, MENCATAT DENGAN PUISI
Sosiawan Leak

apakah yang bisa kau catat dengan puisi?
tuhan? uang? kehormatan dan kebebasan?
atau harapan juga impian yang pelan kian hilang
dari kenyataan?
sedang kesederhanaan yang kau idamkan
loyo dan terbelah oleh kedigdayaan masa
atau flu burung yang menggejala
memanah statistik angka-angka
dan pernyataan pejabat negara
yang diuntal iklan di media?

apakah yang bisa kau catat dengan puisi?
sedang undang-undang lebih berpesta
dengan kedangkalan kata-kata
akal budi menemukan penjara dunia
dan cuma pentas hidup di nirwana.
surga
; kata-kata tatkala kita ibadah dan berdoa
  demi hati, demi inti
  bukan demi kehidupan semena
  bukan demi tuhan, keyakinan atau cinta
  telah musna begitu kita menghitung harganya di kepala
  dan kau, memilih bisu
  saat berhadapan dengan segala
  ragu!




Analisis Puisi Kau, Mencatat Dengan Puisi dengan Teori Riffatere

A.    Analisis ketidaklangsungan ekspresi puisi dalam puisi Kau, Mencatat Dengan Puisi
Riffatere (1978:1) mengemukan bahwa puisi itu dari waktu ke waktu selalu berubah disebabkan oleh perbedaan konsep estetik dan evolusi selera. Akan tetapi ada satu yang tetap yaitu puisi menyatakan suatu hal dengan arti yang lain. Jadi ada ketaklangsungan ekspresi dalam puisi atau sajak. Ketaklangsungan ekspresi itu menurut Riffatere (1978:2), disebabkan oleh tiga hal, yaitu :
1.      Penggantian arti (displacing of meaning) disebabkan oleh metafora dan metonomi. Metafora dan Metonimi adalah bahasa kiasan pada umunya, yaitu simile (perbandingan), Metafora, Personifikasi, Sinekdoki, dan Metonimi.

Dalam puisi ini penggantian arti terdapat pada bait pertama baris pertama “apakah yang bisa kau catat dengan puisi” pada bagian ini penyair menyiratkan arti apa yang dapat dilakukan seseorang di dunia ini. Selain itu juga terdapat pada kata “tuhan” yang diartikan sebagai kehidupan di akhirat dan kata “uang” diartikan sebagai kehidupan di dunia.
“sedang kesederhanaan yang kau idamkan loyo dan terbelah oleh ketidakdayaan masa” yang diartikan keimanan yang lemah karena adanya pengaruh zaman yang membuat imannya makin tak kuat.
“flu burung yang menggejala” diartikan sebagai sifat-sifat yang tidak baik mulai muncul pada diri seseorang.
“memanah statistik angka-angka”  diartikan sebagai seseorang yang mencari uang dengan cara yang tidak halal.
“pernyataan pejabat negara yang diuntal iklan di media” menyatakan sebuah aib-aib yang dengan mudah disebarluaskan.

Pada bait kedua
“ sedang undang-undang lebih berpesta dengan kedangkalan kata-kata” diartikan sebagai aturan yang mulai tidak tegas dan hanya menyesuaikan apa yang manusia inginkan, bukan manusia yang menyesuaikan dengan hukumnya.
akal budi menemukan penjara dunia dan cuma pentas hidup di nirwana” diartikan sebagai kebenaran yang mulai langka karena sifat-sifat yang buruk, kebenaran yang sesungguhnya akan tampak ketika di surga nanti.
; kata-kata tatkala kita ibadah dan berdoa demi hati, demi inti bukan demi kehidupan semena bukan demi tuhan, keyakinan atau cinta  telah musna begitu kita menghitung harganya di kepala” diartikan sebagai doa yang dilakukan bukan karena taqwanya kepada Tuhan atau rasa cintanya kepada Tuhan melainkan berdoa hanya menuntut keinginannya saja.
  dan kau, memilih bisu saat berhadapan dengan segala ragu!” diartikan sebagai seseorang yang menghadapi masalahnya dengan tindakan yang tidak sesuai dengan norma agama.

Jadi pada puisi ini diartikan bahwa sesuatu yang dilakukan oleh seseorang hanya mementingkan kehidupan di dunia saja, dan melupakan kehidupan di akhirat yang kekal itu.
2.      penyimpangan arti  disebabkan oleh
a.       ambiguitas disebabkan oleh penggunaan kata-kata, frase, kalimat, atau wacana yang ambigu, yaitu mempunyai makna yang lebih dari satu dapat ditafsirkan bermacam-macam menurut konteksnya.
Misalnya pada kata “Tuhan” bukan diartikan Tuhan sebenarnya melainkan sebuah kehidupa di Akhirat. Kata “uang” diartikan sebagai kehidupan dunia, bukan uang pada sesungguhnya. Kata “flu burung” diartikan sebagai sifat-sifat yang tidak baik mulai muncul pada diri seseorang. Kata “undang-undang” diartikan sebagai aturan-aturan yang mulai tidak tegas.
b.      Kontradiksi disebabkan oleh penggunaan ironi, paradoks, dan antitesis
c.       Nonsense adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti yang tidak ada dalam kamus, tetapi mempunyai makna ghaib atau juga mempunyai makna lain sesuai dengna konteks. Nonsense berupa deretan bunyi tanpa arti dan banyak terdapat dalam mantra atau sajak bergaya mantra. Nonsense mempengaruhi dunia ghaib, nonsense juga dapat bermakna lucu atau kebalikan.
Pada puisi Kau, Mencatat Dengan Puisi tidak ada kata-kata nonsensenya.
3.      penciptaan arti
disebabkan oleh pengorganisasian ruang teks, diantaranya
a.       enjambement adalah peloncatan baris dalam sajak membuat intensitas arti atau perhatian pada kata akhir atau kata “ yang diloncatkan” kebaris berikutnya.
Misalnya pada larik pertama bait pertama diloncatkan pada larik pertama bait kedua
apakah yang bisa kau catat dengan puisi?
tuhan? uang? kehormatan dan kebebasan?
atau harapan juga impian yang pelan kian hilang
dari kenyataan?
sedang kesederhanaan yang kau idamkan
loyo dan terbelah oleh kedigdayaan masa
atau flu burung yang menggejala
memanah statistik angka-angka
dan pernyataan pejabat negara
yang diuntal iklan di media?

apakah yang bisa kau catat dengan puisi?
sedang undang-undang lebih berpesta
dengan kedangkalan kata-kata
akal budi menemukan penjara dunia
dan cuma pentas hidup di nirwana.
surga
; kata-kata tatkala kita ibadah dan berdoa
  demi hati, demi inti
  bukan demi kehidupan semena
  bukan demi tuhan, keyakinan atau cinta
  telah musna begitu kita menghitung harganya di kepala
  dan kau, memilih bisu
  saat berhadapan dengan segala
  ragu!


b.      sajak menimbulkan intensitas arti dan makna liris, pencurahan perasaan pada sajak dan berpola sajak itu
c.       tipografi adalah tata huruf dalam sajak yang dapat menciptakan makna.
a). Tanda tanya (?) yang digunakan pada baris pertama bait pertama dan baris pertama pada bait kedua menegaskan kepada seseorang apa yang dapat dilakuakan oleh orang tersebut dengan kehidupannya di dunia ini.
d.      homologue adalah persejajaran bentuk atau persejajaran baris. Bentuk yang sejajar menimbulkan makna yang sama.
Pada bait pertama menggunakan kesejajaran dan keteraturan, sedangkan pada batit kedua yang mulai adanya perbedaan yang menunjukan makna bahwa kehidupan seseorang mulai adanya tindakan yang menyimpang dari aturan-aturan.

A.    Pembacaan Semiotik dalam Puisi Kau, Mencatat dengan Puisi
Untuk konkretisasi puisi dapat diusahakan dengan pembacaan heuristik dan retrokatif. Pada umumnya bahasa puisi menyimpang dari penggunaan bahasa biasa,. Oleh karena itu, dalam pembacaan ini semua yang tidak bisa harus biasa atau dinaturalisasikan sesuai dengan sistem bahasa normatif. Bilamana perlu, kata-kata dapat diberi awalan atau akhiran, disisipkan kata-kata supaya hubungan kalimat-kalimat puisi menjadi jelas (pradopo, 2007:295-296).
1.      Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik terhadap puisi “Kau, Mencatat dengan Puisi” karyaSosiawan Leak dapat dilakukan secara berikut:
apakah yang bisa kau catat dengan puisi?
(apakah) tuhan? uang? kehormatan dan kebebasan?
atau harapan juga impian yang pelan (dan) kian hilang
dari kenyataan?
Sedang(kan) kesederhanaan yang (telah) kau (idam-) idamkan
(kini) loyo dan (semakin) terbelah oleh kedigdayaan masa
atau flu burung yang (juga) menggejala
memanah statistik angka-angka
dan pernyataan (dari) pejabat negara
yang (telah) diuntal iklan di media?

apakah yang bisa kau catat dengan puisi?
Sedang(kan) undang-undang lebih (asyik) berpesta
dengan kedangkalan kata-kata
akal budi (telah) menemukan penjara dunia
dan cuma (bisa) pentas hidup di nirwana.
surga
; kata-kata tatkala kita ibadah dan berdoa
  demi hati, demi inti
  bukan demi kehidupan (yang) semena(mena)
  bukan demi tuhan, keyakinan atau cinta
  (yang) telah musna begitu kita menghitung harganya di kepala
  dan kau, memilih (untuk) (mem-)bisu
  saat (kau) berhadapan dengan segala (sesuatu)
 (yang) ragu!
2.      Pembacaan Retrokatif
Pada Bait Pertama ini menerangkan apa yang bisa dilakukan oleh seseorang di dunia ini, sedangkan keimanan seseorang makin lama semakin melemah karena adanya perubahan zaman yang melunturkan nilai-nilai yang telah berkembang sejak dulu.

Bait kedua  menerangkan bahwa aturan-aturan yang mulai tidak tegas, dan sifat-sifat yang baik mulai menghilang. Doa yang dilakukan bukan karena taqwanya kepada Tuhan atau rasa cintanya kepada Tuhan melainkan berdoa hanya menuntut keinginannya saja.

B.     Matriks, Model, dan Varian-varian dalam puisi Kau, Mencatat Dengan Puisi
Matriks                        : sesuatu yang dilakukan seseorang dalam hidupnya di dunia
Model              : seorang yang menulis sebuah puisi
Varian Pertama : menggambarkan tentang kehidupan seseorang di dunia yang semakin tidak memiliki iman karena perkembangan zaman
Varian kedua   : menggambarka tentang sebuah aturan-aturan yang mulai tidak tegas, dan ketaqwaan seseorang hanyalah sebagai formalitas saja, yang dilakukan tidak didasari rasa taqwa kepada Tuhan
            Dari matriks, Model, dan Varian yang ada dapat disimpulkan bahwa kehidupan seseorang di dunia hanyalah sementara dan kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat.

C.     Hubungan Intertekstual Puisi Kau, Mencatat Dengan Puisi
Prinsip intertekstual adalah prinsip hubungan antar teks sajak. Sebuah sajak merupakan tanggapan terhadap teks atau sajak-sajak sebelumnya. Riffatere menyebutnya dengan nama hipogram yang merupakan teks yang menjadi latar penciptaan teks lain atau yang menjadi latar penciptaan sajak yang lain (Pradopo, 2007:300)

Sosiawan leak yang memiliki nama asli Sosiawan Budi Sulistyo adalah seorang aktor, penyair, penulis dan pembicara. Ia aktif berkesenian sejak 1987 dalam bidang teater dan sastra meski belakangan juga melakukan kerja kreatif di bidang musik dan kolaborasi antarcabang kesenian. Puisi yang ia hasilkan bisa dikatakan dinamis. Ia adalah seorang penyair dan deklamator yang sering melakukan perjalanan sastra di berbagai kota di Indonesia. Ia berpendapat bahwa puisi-puisi karyanya selalu berusaha menangkap apa yang terjadi di masyarakat.

Dalam puisi ini yang menjadi hipogram adalah kehidupan seseorang di zaman yang modern seperti sekarang ini, yang sudah banyka terpengaruh budaya dari luar yang melunturkan nilai-nilai religi, budaya, norma,sosial dan lain-lain.




No comments:

Post a Comment