Pages

Sunday, March 30, 2014

Teori Struktural Vladimir Propp

Selintas tentang Teori Struktural Vladimir Propp
Propp --lengkapnya Vladimir Jakovlevic Propp, lahir 17 April 1895 di St. Petersburg, Jerman-- adalah seorang peneliti sastra yang pada masa 1920-an banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh Formalis Rusia. Meskipun banyak berkenalan dengan kaum formalis, Propp bukanlah seorang formalis (bdk. Eagleton, 1988:115; Jefferson, 1988:54). Dikatakan demikian karena ketika Formalisme Rusia sedang mangalami krisis (menjelang tahun 1930), ia justru memunculkan semacam poetika baru dalam hal pengkajian dan penelitian sastra. Hal itu dapat dibuktikan melalui buku Morphology of the Folktale (1975).
Dapat dikatakan bahwa buku itu merupakan hasil dekonstruksi Propp terhadap teori-teori yang berkembang sebelumnya. Propp (1975:3--18) berpendapat bahwa para peneliti sebelumnya banyak melakukan kesalahan dan sering membuat simpulan yang tumpang tindih. Selain itu, sedikit banyak teori Propp juga mendekonstruksi teori formalis. Kalau Formalisme menekankan perhatiannya pada penyimpangan (deviation) melalui unsur naratif fabula dan suzjet dalam karya-karya individual untuk mencapai nilai kesastraan (literariness) sastra, Propp lebih menitikberatkan perhatiannya pada motif naratif yang terpenting, yaitu tindakan atau perbuatan (action), yang selanjutnya disebut fungsi (function).
Propp menyadari bahwa suatu cerita pada dasarnya memiliki konstruksi. Konstruksi itu terdiri atas motif-motif yang terbagi dalam tiga unsur, yaitu pelaku, perbuatan, dan penderita (lihat juga: Junus, 1983:63). Ia melihat bahwa tiga unsur itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur yang tetap dan unsur yang berubah. Unsur yang tetap adalah perbuatan, sedangkan unsur yang berubah adalah pelaku dan penderita. Bagi Propp, yang terpenting adalah unsur yang tetap. Sebagai contoh, yang terpenting di dalam konstruksi "raksasa menculik seorang gadis" adalah perbuatan atau tindakannya, yaitu "menculik", karena tindakan itu dapat membentuk satu fungsi tertentu dalam cerita. Seandainya tindakan itu diganti dengan tindakan lain, fungsinya akan berubah. Tidak demikian jika yang diganti adalah unsur pelaku atau penderita. Penggantian unsur pelaku dan penderita tidak mempengaruhi fungsi perbuatan dalam suatu konstruksi tertentu. Dilihat dari contoh tersebut, jelas bahwa teori Propp diilhami oleh strukturalisme dalam ilmu bahasa (linguistik) sebagaimana dikembangkan oleh Saussure (bdk. Selden, 1991:59).
Berdasarkan penelitiannya terhadap seratus dongeng Rusia, yang disebutnya fairytale, Propp (1975:21--24) akhirnya memperoleh simpulan (1) anasir yang mantap dan tidak berubah dalam sebuah dongeng bukanlah motif atau pelaku, melainkan fungsi, lepas dari siapa pelaku yang menduduki fungsi itu, (2) jumlah fungsi dalam dongeng terbatas, (3) urutan fungsi dalam dongeng selalu sama, dan (4) dari segi struktur semua dongeng hanya mewakili satu tipe (lihat juga: Teeuw, 1984:291; Scholes, 1977:63). Sehubungan dengan simpulan (2), Propp menyatakan bahwa paling banyak sebuah dongeng terdiri atas 31 fungsi. Namun, ia juga menyatakan bahwa setiap dongeng tidak selalu mengandung semua fungsi itu karena banyak dongeng yang ternyata hanya mengandung beberapa fungsi. Fungsi-fungsi itulah, berapa pun jumlahnya, yang membentuk kerangka pokok cerita.
Tiga puluh satu fungsi yang dimaksudkan oleh Propp adalah seperti di bawah ini. Untuk mempermudah pembuatan skema, Propp memberi tanda atau lambang khusus pada setiap fungsi (barangkali, kalau kita mengganti lambang itu sesuai dengan keinginan kita, tentu juga tidak ada salahnya). Adapun fungsi-fungsi dan lambangnya sebagai berikut.

FUNGSI LAMBANG

1. Absentation 'ketiadaan' b
2. Interdiction 'larangan' ¡
3. Violation 'pelanggaran' d
4. Reconnaissance 'pengintaian' e
5. Delivery 'penyampaian (informasi)' V
6. Fraud 'penipuan (tipu daya)' h
7. Complicity 'keterlibatan' q
8. Villainy 'kejahatan' A
8a. Lack 'kekurangan (kebutuhan)' a
9. Mediation, the connective incident
'perantaraan, peristiwa penghubung' B
10. Begining counteraction 'penetralan
(tindakan) dimulai' C
11. Departure 'keberangkatan (kepergian)' ­
12. The first function of the donor
'fungsi pertama donor (pemberi)' D
13. The hero's reaction 'reaksi pahlawan' E
14. Provition or receipt of a magical agent
'penerimaan unsur magis (alat sakti)' F
15. Spatial translocation 'perpindahan (tempat)' G
16. Struggle 'berjuang, bertarung' H
17. Marking 'penandaan' J
18. Victory 'kemenangan' I
19. The initial misfortune or lack is liquidated
'kekurangan (kebutuhan) terpenuhi' K
20. Return 'kepulangan (kembali)' ¯
21. Pursuit, chase 'pengejaran, penyelidikan' Pr
22. Rescue 'penyelamatan' Rs
23. Unrecognised arrival 'datang tak terkenali' O
24. Unfounded claims 'tuntutan yang tak mendasar' L
25. The difficult task 'tugas sulit (berat)' M
26. Solution 'penyelesaian (tugas)' N
27. Recognition '(pahlawan) dikenali' Q
28. Exposure 'penyingkapan (tabir)' Ex
29. Transfiguration 'penjelmaan' T
30. Punishment 'hukuman (bagi penjahat)' U
31. Wedding 'perkawinan (dan naik tahta)' W

Catatan:
Fungsi-fungsi dan lambang-lambang yang dicantumkan ini hanya terbatas pada yang pokok saja; lebih lengkapnya lihat buku Propp (1975:26--65).

Menurut Propp (1975:79--80), jumlah tiga puluh satu fungsi itu dapat didistribusikan ke dalam lingkaran atau lingkungan tindakan (speres of action) tertentu. Ada tujuh lingkungan tindakan yang dapat dimasuki oleh fungsi-fungsi yang tergabung secara logis, yaitu (1) villain 'lingkungan aksi penjahat', (2) donor, provider 'lingkungan aksi donor, pembekal', (3) helper 'lingkungan aksi pembantu', (4) the princess and her father 'lingkungan aksi seorang putri dan ayahnya', (5) dispatcher 'lingkungan aksi perantara (pemberangkat)', (6) hero 'lingkungan aksi pahlawan', dan (7) false hero 'lingkungan aksi pahlawan palsu' (lihat juga: Hawkes, 1978:91; Scholes, 1977:104; Schleifer, 1987:96). Melalui tujuh lingkungan tindakan (aksi) itulah frekuensi kemunculan pelaku dapat dideteksi dan cara bagaimana watak pelaku diperkenalkan dapat diketahui.
Demikian selintas tentang teori (naratologi) struktural(is) versi Vladimir Propp. Kendati dalam perkembangan selanjutnya Propp banyak dikecam oleh peneliti lain, di antaranya oleh Guipen dari Belanda (Teeuw, 1984:293), sebagian dari konsep teorinya tetap menjadi pegangan mereka dalam menemukan cara analisis sastra yang baru. Harus diakui bahwa ternyata para ahli seperti Bremond, Greimas, Levi-Strauss, Souriau, Todorov, bahkan juga Roland Barthes, banyak memanfaatkan konsep yang telah dihasilkan Propp. Namun, dalam perkembangan terakhir, Propp tidak konsekuen pada prinsipnya sendiri. Ia semula menolak adanya pendekatan historik, tetapi kemudian ia kembali ke orientasi historik. Hal itu dapat dibuktikan melalui bukunya Theory and History of Folklore (1984) yang merupakan kumpulan karangan menjelang akhir hayatnya (1970).

No comments:

Post a Comment